Don’t Say Goodbye

Hello...
Kali ini aku bawa fanfiction !! FF pertamaku, jadi harap maklum kalo FFnya GJ !! hahay...
Happy reading.... 

Judul     : Don’t Say Goodbye
Autor    : gC
Cast      : Kim Heechul (SJ)
                Choi Nana (OC)
Genre   : Romance

                Saat ini rumahku terlihat sangat kacau. Ini semua karena ulah teman-temanku. Teman-temanku baru saja dari sini, mengerjakan tugas kuliah bersama. Setelah membuat seisi rumahku berantakan mereka pulang tanpa inisiatif membatuku membersihkan rumahku dulu. Hah.. Kenapa bisa punya teman seperti mereka. Akupun membersihkan rumahku sendiri. Cukup lama aku berkutat dengan alat-alat kebesihan ini, dan akhirnya rumahku sudah rapi seperti sedia kala. Sangat melelahkan.
                Rumah sudah bersih, sekarang saatnya membersihkan tubuhku yang lengket oleh keringat ini. Akupun segera menyiapkan air hangat. Di saat lelah seperti ini berendam air hangat dapat membuat tubuhku menjadi rileks. Setelah cukup lama aku berendam, smartphoneku yang kuletakkan tidak jauh dari batup bergetar tanda pesn masuk. Aku berharap itu pesan dari Heechul Oppa, namjachinguku. Aku sangat merindukannya. Sudah hampir 3 minggu kami tidak bertemu dan hanya beberapa kali saja kali bertelephon. Itu karena akhir-akhir ini dia sangat sibuk dengan skripsinya. Akupun segera meraihnya dan membaca pesan itu. Dan harapanku terkabul, itu pesan dari Heechu Oppa.
From: Ichul
Na-ya kau sibuk ??
Bisakah kita bertemu ?? Ada yang ingin kubicarakan.

To: Ichul
Aku bisa..
Oppa mau bertemu dimana ??

From: Ichul
Aku di café dekat rumahmu.
Bisakah kau ke sini ??

To: Ihul
Ne..  Tunggu aku !! Aku akan segera ke sana. ^^

Setelah selesai menulis pesan balasan untuknya, aku segea bersiap-siap untuk menemuinya. Setelah semu beres akupun segera berangkat ke café.
                Tidak membutuhkan banyak waktu aku ampai di café tempat kita akan bertemu. Setelah aku berada di dalam café segera kuedarkan pandanganku. Mencari sosok Heechul Oppa yang tengah menungguku. Dan aku menemukannya yang sedang duduk termenung di meja yang terletak di pojok. Akupun segera menghampirinya dan duduk di depannya.
“Oppa..” sapaku.
“Ah.. Kau sudah datang ?!”
“Begitulah.. Sudah lama menungguku?”
“Aniyo..”
“Kenapa baru mengajakku bertemu? Apakah Oppa tak merindukanku? Kau tau? Aku sangat merindukanmu Oppa!” kataku dengan manja.
“Kau tau sendiri akhir-akhir ini aku sangat sibuk.” katanya lalu tersenyum padaku. Senyum yang sangat mempesona dan sukses membuatku meleleh dibuatnnya.
“Ne.. Aku tau! Apa yang ingin Oppa bicarakan denganku?” tanyaku to the point.
“Hm.. Sebelumnnya aku minta maaf.”
“Kenapa Oppa minta maaf? Aku pikir Oppa tidak mempunyai kesalahan sedikitpun!” lalu keberikan senyum termanisku.
“Kita putus saja!” 3 kata itu terlontar dari mulutnya begitu saja. Aku yang terkejut dibuatnya hanya bisa membelalakkan kedua mataku. Dan hening, tak ada suara seditpun di antara kami. Aku tak suka suasana seperti ini.
“Oppa bercanda kan?! Bercandamu tak lucu Oppa! Hahahaha….” kataku mencoba memecah keheningan ini. Dia meraih tangan kiriku dan menggenggamnya. Aku berharap dia akan mengatakan ini hanya lelucon saja.
“Aku  tidak bercanda. Aku serius!” dia menatap mataku dengan tajam menunjukkan keseriusannya.  Hal itu mampu memuatku membeku. Dadaku terasa sesak, seperti ada batu besar yang menghimpitnya. Semakin lama pandanganku menjadi buram karena genangan air mata yang siap menetes kapan saja.
“Ta.. Tapi kenapa? Katakan apa kesalahanku? Aku akan memperbaikinya! Atau.. Adakah wanita lain? Katakan padaku! Jebalyo… ” kataku dengan suara yang bergetar. Dan diakhiri dengan air mataku yang mulai menetes membentuk aliran sungai di kedua pipiku.
“Kau tidak mempunyai kesalahan sedikitpun. Dan tak ada wanita lain. Hanya kau satu-satunya wanita yang kucintai.”
“Lalu kenapa Oppa ingin putus dariku?”
“ Aku tak ingin kau terluka karenaku. Kau tau sendiri sekarang ini aku sangat sibuk. Dan itu membuatku tak bisa selalu ada di sampingmu. Aku takut nanti kau akan terluka karenanya. Jadi lebih baik kita akhiri hubungan ini. Eo?” air mataku menetes semakin deras karenannya.
“Aku tidak apa-apa kalau Oppa tidak bisa selalu ada di sampingku. Aku bisa mengerti. Tapi aku mohon jangan begini Oppa! Jebalyo..”
“Mianhae..” hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Aku hanya bisa menundukkan keplaku. Menyembunyikan tangisku yang semakin menjadi. Kurasakan tangannya mengangkat daguku. Otomatis tatapanku hanya terarah padanya. Dengan perlahan dia mulai menghapus air mataku ini.
“Uljima.. Kau terlihat sangat jelek saat menangis.”
“Oppa…” kataku lirih dengan tatapan memohon padanya.
“Sudah sore, aku harus pergi.” Katanya lalu berdiri. Dia mengacak rambutku pelan lalu pergi meninggalkanku sendiri di café. Dia selalu melakukannya jika kami bersama. Hal itu membuatku semakin tak rela berpisah dengannya.
                Setelah kepergiannya, bukannya mereda tangisku semakin menjadi. Berkali-kali kuhapus air mataku tapi air mataku kembai mengalir saat kenangan bersama Heechul Oppa terlintas di pikiranku. Tak terasa cukup lama aku menangis di café. Kini langit sudah berubah warna menjadi gelap. Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja. Dengan air mata yang terus menetes kulangkahkan kakiku menyusuri jalan ke rumahku. Mungkin aku terlihat bodoh. Hingga membuat semua orang yang kutemui di jalan menatapku heran. Masa bodoh dengan apa yang orang-orang pikirkan tentangku.
                Aku yang ingin cepat sampai di rumah, segera mempercepat langkahku. Dan aku tak begitu memperhatikan jalan saat aku menyebrang.
TIIIIINNNNN……. TIIIIINNNNN…….
 Aku mendengar suara klakson mobil yang sangat keras dan berulang-ulang. Belum sempat aku menoleh,
BRAAKKK…
Aku merasa ada sesuatu yang menghantam tubuhku dengan keras dan sangat cepat. Dan semua berubah menjadi gelap.
***
BRAAKKK…
“Aauuhhh…. Pungungku!” keluhku saat kurasakan punggungku terasa remuk setelah menghantam sesuatau yang sangat keras dan dingin. Dengan berat hati kubuka mataku yang masih terasa berat ini dengan perlahan. Kuperhatikan sekelilingku. Mencari tau di mana aku berada sekarang? Di surgakah? Atau di nerakakah? Namun, setelah kuperhatikan dengan seksama. Aku merasa tak asing dengan ruanggan ini. Binggo !! Tak salah lagi, ini adalah kamarku. Ternyata aku terjatuh dari tempat tidur, pantas saja sekarang punggungku tersa berdenyut-denyut. Hal ini membuatku yakin bahwa aku masih hidup dan apa yang tadi aku alami hanyalah sebuah mimpi. Aku sangat bahagia, sampai-sampai tak kusadari air mataku menetes. Ya Tuhan terima kasih itu semua hanya mimpi. Seandainya Heechul Oppa benar-benar meninggalkanku, aku tak tau bagaimana hidupku tanpanya? Masihkah aku bisa bernapas tanpanya? Masihkah aku bisa mencintai laki-laki lain selain dirinya? Sungguh, membayangkannya  saja aku tak sanggup.
I'm searching where you are
Oh, shining down on me from where you are
I'll always be right there, baby
always be right there, baby
Oh, please touch my body and my face
Reff lagu Where You Are dari CN Blue mengalun dri smartphoneku, menadakan ada sebuah panggilan masuk. Dan hal itu menyadarkanku yang sedari tadi masih membayangkan mimpi burukku. Dengan malas kuraih smartphoneku yang masih melantunkan lagu dari CN Blue tersebut. Siapa yang sepagi ini sudah menghubungiku? Tidk adakah pekerjaan lain selain mengganggu pagiku ini? Gerutuku dalam hati. “Heechul Oppa?!”  ucapku. Aku sangat syok membaca ID yang sedang mnghubungiku ini. Ada apa sepagi ini dia menghubungiku? Apakah mimpiku akan benar-benar menjadi kenyataan? Dengan segera kugerser tombol hijau di smartphoneku dan menempelkannya di telingaku. Sebeumnya kuhirup nafas sepanjang-panjangnya, berharap pemikiranku ini salah.
“Yeobseoyo…” sapaku.
“Ya.. Kenapa lama sekali?”
“Mianhae..” kataku lirih, tapi aku yakin Heechul Oppa masih bisa mendengarnya.
“Mianhae? Mudah sekali kau mengucapkannya? Kau tau dari tadi aku membunyikan bel rumahmu, tapi kenapa tak ada seorangpun yang membukakan pintu untukku? Bukankah hari ini kau dirumah?”
“Jinja??  Minhae, aku benar-benar tak mendengar bunyi bel sama sekali.”
“Lalu?”
“Nhe?!”
“Sampai kapan kau akan membiarkaku berdiri di depan rumahmu ini?” katanya dengan suara yang kembali meninggi.
“Jadi Oppa masih di depan?” kataku terkejut.
“Tentu saja! Kau pikir?”
“Ne.. Ne.. Aku akan segera turun dan membukakan pintu untuk Oppa.”
                Tanpa mempedulikan penampilanku yang masih kacau ini aku segera turun dan membukakan pintu untuk Heechul Oppa. Setelah pintu terbuka, aku langsung menghambur kedalam pelukannya. Aku memeluknya dengan sangat erat dan membenamkankepalaku di dada bidangnya itu. Tak kusadari air mataku kembali menetes saat mengingat mimpi burukku tadi.
                “Wae? Kenapa tiba-tiba kau memelukku dengan sanat erat seperti ini?” tanyanya.
                “Hiks.. Hiks..”
“Kau menangis?” dia menarikku menjauh dari pelukannya. Tapi aku menundukkan kepalaku, menyembunyikan tangisku darinya. Kurasakan tangannya mengangkat daguku. Otomatis tatapanku hanya terarah padanya. Dengan perlahan dia mulai menghapus air mataku ini.
Uljima.. ” Lalu kembali membawaku kedalam pelukannya.
Dengan tetap berpelukan dia membawaku ke sofa yang ada di ruang tamu dan mendudukkan tubuh kami disana. Aku masih tetap memeluknya dan membenamkan kepalaku di dada bidangnya hingga tangisku reda.
“Sudah?” tanyanya. Aku hanya mengagukkan kepalaku dan menyeka bekas aliran sungai di pipiku. “Sekarang katakan padaku, apa yang membuat nae yeoja menangis?”
“Aku mimpi buruk..” kataku manja.
“Hahha… Hanya karna mimpi buruk kau mengis seperti itu dan membuat kemejaku basah seperti ini?!” katanya dengan menunjukkan kemejanya yang basah karena air mataku.
“Bukan karna itu saja! Tadi Oppa membentakku, dan itu membuatku benar-benar takut mimpi burukku benar-benar terjadi.”
“Mianhae, hehhe…  Memangnya yeojaku ini mimpi apa sih?” akupun mulai menceritakan mimpi burukku. Dan Heechul Oppa tetap setia mendengarkan ceritaku hinnga akhir.

***
“Oppa…”
“Wae?”
“Jangan pernah tinggalkan aku!”
“Iya…”
“Yakso??” aku menatap matanya, mencari keeriusan di sana.
“Iya, aku janji…” katanya lalu membawaku dalam pelukannya.
“Janji apa?”
“Aku, Kim Heechul berjanji tidak akan pernah meninggalkan nae yeoja, Choi Nana. Puas?”
“Gomawo Oppa…”  akupun mempererat pelukanku padanya. Dan dia mencium puncak kepalaku. J


0 Response to "Don’t Say Goodbye"

Posting Komentar