Nana, namanya. Saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, jantungku berdetak tak menentu. Sejak saat itu, bayangan selalu muncul di pikiranku. Kulit putih, mata coklat, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir tipis, dan rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai membuatnya terlihat cantik dimataku. Senyumnya begitu menawan. Hanya dengan melihat senyumnya mampu membuatku bahagia. Membuatku selalu ingin melitat senyum itu. Hanya dengan memikirkannya saja mampu membuat jantungku berdetak dengan cepat. Ingin sekali bertegur sapa dengannya. Namun, berada didekatnya saja dapat membuatku gugup setengah mati. Hanya dapat melihatnya dari kejauhan, seperti pecundang. Ada apa denganku? Kenapa aku jadi seperti ini? Apa ini yang namanya cinta? Ah, entahlah….
0
komentar
Pagi itu cuaca sangat
cerah. Dengan santai seorang gadis berjalan memasuki halaman sekolahnya. Bibirnya
berkumat-kamit menggumamkan sebuah lagu
yang didengar dari hedset yang menggantung di telinganya. Saking asiknya dia
tak memperhatikan jalan dan tanpa sengaja menabrak seseorang di depannya. Gadis
itu menunduk dan meminta maaf atas kecerobohannya, “Maafkan aku. Aku memang
ceroboh tidak memperhatikan jalan dan tanpa sengaja menabrakmu. Aku benar-benar
minta maaf.”
Langganan:
Postingan (Atom)